Jika ada satu tempat di bumi ini yang paling berpengaruh terhadap perkembangan diri setiap orang maka itu adalah masjid. Terbukti bagaimana para sahabat Rasullullah begitu cerdas dan memaksimalkan potensi diri padahal saat itu belum ada universitas, lembaga pendidikan bahkan lebih jauhnya kajian-kajian melalui tutorial di media sosial. Untuk perihal keilmuan, para sahabat mendapatkannya di masjid.
Sekarang, dimana para dhuafa mencari perlindungan? Dimana tempat popular bagai pasangan yang akan melangsungkan akad nikah? Bahkan, dimana tempat yang ada di dalam pikiran saat ingin buang air manakala dalam perjalanan? Masjid selalu ada dalam lintasan pikiran kita.
Namun pada prakteknya kebanyakan masjid makmur hanya saat salat jumat dan ibadah taraweh di bulan Ramadan saja. Beberapa masjid sibuk mempercantik diri namun minim akan fungsi. Menara-menar ditinggikan justru empati malah semakin rendah, bahkan perpecahan tak jarang terjadi saat masjid dilabeli kepentingan-kepentingan pribadi.
Dikutip dari Buku 3 Hari Bangun Masjid yang disusun oleh tim Real Masjid 2.0, pengelola membangun masjid dengan tajuk “Dari Masjid Umat Bangkit”, dalam waktu singkat mereka mengubah lokasi bekas pusat jajanan yang mangkrak karena pandemi. Bangunan semi permanen mereka lengkapi dengan gorden, penutup plastik, karpet dan tikar. Hingga berubah seolah menjadi masjid minimalis, berdinding plastik mika bahkan tanpa pintu. Pola ini serupa saat pembangunan Masjid Quba dan Masjid Nabawi yang dibuat dalam tempo cepat, semua serba seadanya. Yang penting bisa untuk sujud.
Satu kalimat yang menjadi tamparan keras dalam buku tersebut adalah “Masjid itu bukan perkara beton dan besi, tapi perkara fungsi dan kontribusi’. Ternyata fakta di lapangan sering terjadi banyak masjid yang dibangun fisiknya dahulu. Diperbagus namun tidak maksimal fungsi dan manfaatnya. Ada juga fisik seadanya namun fungsi masjid berjalan maksimal.
Menyelaraskan keduanya, maka pengelola Masjid Al-Munawarah Witana Harja, Pamulang, Tangerang Selatan tidak hanya sekedar memupur tampilan fisik bangunannya saja. Namun juga memiliki misi menggaet anak muda di lingkungan sekitarnya untuk terlibat aktif dalam memakmurkan masjid. Memahami potensi ini maka tim Studio Sibambo tergerak untuk terlibat dalam perencanaan dan pengembangan masjid ini.
Ide-ide seperti pengembangan kafe masjid, pemanfaatan masjid sebagai area kerja hingga creative space menjadi poin utama dalam pengembangannya. Tim Studio Sibambo diterima dengan hangat oleh salah satu pengelola Masjid Al-Munawarah Witana Harja, Ust. Ahmad Isrofiel Mardlatillah. Tim diajak berkeliling di sekitar lingkungan masjid dan ditunjukkan bagian-bagian mana saja yang rencananya akan direnovasi dan dikembangkan.
Founder Sibambo Studio, Aab Abdul Qodir dan Satrio Dwi Ananda juga mitra konstruksi Sicons Construction, Rahmat Cepi Fajarulloh mendapat cerita-cerita menarik seputar perkembangan masjid dari waktu ke waktu yang disampaikan oleh pengelola Masjid Al-Munawarah. Tim bergerak dari satu ruangan ke ruangan lainnya dengan penjelasan fungsi di setiap ruangannya.
Secara umum Masjid Al-Munawarah memiliki sejumlah ruang yang dimanfaatkan sebagai ruang ibadah utama, sekretariat, ruang belajar dan aula, hingga unit kesehatan yang melayani keperluan medis sederhana bagi warga di lingkungan masjid. Dengan halaman yang luas, selain difungsikan sebagai area parkir kendaraan juga akan difungsikan sebagai area bisnis dengan pengelolaan mandiri.
Guna mendukung perencanaan yang lebih matang untuk pengembangan dan renovasi masjid, tim Sibambo Studio memberikan masukan-masukan positif pada pengelola masjid sekaligus melibatkannya dalam pengukuran lahan yang dilakukan oleh tim konstruksi Sicons Construction. Desainnya seperti apa, bagian mana saja yang akan dipertahankan bahkan usulan dilengkapi dengan apa saja nantinya menjadi diskusi yang menarik antara tim dan pengelola masjid.
Terdapat satu bagian lain di lingkungan Masjid Al-Munawarah yang saat ini hanya berfungsi sebagai tempat parkir kendaraan bagi warga yang berolahraga dengan kondisi masih kurang rapi. Berada bersebelahan dengan kafe dengan nuansa estetik dan kekinian namun berbeda pengelola, area ini menjadi pemandangan yang kurang sedap dipandang karena terdapat kolam yang terbengkalai dan tidak terawat.
Area inilah yang rencananya akan difungsikan sebagai kafe masjid, tentunya selain bisa bermanfaat secara finansial juga bisa menjadi tempat berkegiatan positif bagi setiap pengunjungnya. Dengan antusias pengelola pun menjelaskan deretan program kreatif yang tentunya akan menambah gelora kemakmuran Masjid Al-Munawarah, lebih jauhnya agar semakin banyak pemuda yang menambatkan labuhannya di masjid.
Usai berkeliling di area masjid, tim Sibambo Studio diajak mampir ke kediaman Ust. Ahmad Isrofiel Mardlatillah yang letaknya tidak terlalu jauh dari masjid Al-Munawarah. Obrolan terus mengalir dan tidak berhenti seputar rencana renovasi masjid saja, bahkan seolah menjadi ruang diskusi terbuka antara tim dan para pengelola masjid Al-Munawarah. Rekan Sibambo, menariknya setiap perbincangan selalu bermuara pada keterlibatan kaum muda yang ternyata sangat potensial untuk memberikan nuansa lain pada kemakmuran masjid. (Sibambo/Djuli Pamungkas)