Rekan Sibambo, istilah yang dipahami sebagian orang adalah tentang keindahan berbagi yang hanya bisa mereka lakukan dengan materi atau harta yang dimiliki. Padahal berbagi ini ternyata tidak melulu hanya dengan persoalan harta saja. Ide, pemikiran, ilmu pengetahuan, wawasan hingga waktu sekalipun menjadi perkara yang layak untuk dibagikan. Seperti apa yang dilakukan oleh tim Sibambo Studio dalam beberapa waktu terakhir ini.
Di tengah padatnya aktivitas sebagai biro arsitektur yang bergerak pada ranah perancangan hunian di seluruh Indonesia, tim Sibambo Studio meluangkan waktu untuk berbagi ilmu bersama rekan-rekan santri di lembaga pendidikan tahfidz Rumah Quran Musawarah, Tangerang Selatan, Banten. Founder Sibambo Studio, Satrio Dwi Ananda hadir sebagai pembicara pada program pengembangan soft skill : Dari Santri Jadi Ahli.
Jika biasanya para santri disibukkan dengan kegiatan belajar di dalam kelas, kali ini ada yang berbeda dengan aktivitas belajar mengajarnya. Tidak hanya bertatap muka dengan pengajar yang baru namun mereka pun mendapat kesempatan untuk belajar langsung pada praktisi yang tentunya mahir dalam bidangnya masing-masing. Sebelumnya, selain dari tim Sibambo Studio para santri juga mendapat asupan pengetahuan baru dari kalangan pekerja seni, pakar komunikasi hingga pelaku industri kreatif.
Sesi pemaparan materi dari Founder Sibambo Studio, Satrio Dwi Ananda berlangsung selama kurang lebih dua jam. Gagasan Viral Marketing menjadi tema yang disampaikan di hadapan para santri. Dalam materinya, Satrio menjelaskan bagaimana membuat gagasan yang bisa diterima masyarakat melalui media sosial. Di tengah era keterbukaan informasi saat ini, media sosial bisa dimanfaatkan sebagai salah satu ladang bernilai ekonomi.
Namun siapa kira, tema-tema serupa ini ternyata sangat cocok menjadi bahan kajian di lingkungan pendidikan tahfidz. Meski tergolong bukan tema yang ringan, namun dengan pembawaan yang lugas dengan penyampaian yang sederhana membuat para santri relatif mudah mencerna apa yang disampaikan oleh Satrio. Tak jarang founder Sibambo Studio ini menyelipkan guyonan-guyonan yang khas yang tentunya disambut oleh gelak tawa para santri.
Usai pemaparan materi, para santri antusias mencecar founder Sibambo Studio dengan ragam pertanyaan. Sedari awal staff pengajar memang mengingatkan mereka untuk memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya momen pertemuan dalam program tersebut untuk menanyakan apapun yang berkaitan dengan pengembangan diri para santri. Sesi berbagi materi pun berubah menjadi diskusi yang lebih interaktif. Pertanyaan-pertanyaan silih berganti dari satu santri ke santri lainnya. Menariknya, beberapa santri ternyata sudah memiliki ide bisnis yang sudah bisa dijalankan.
Produk makanan kemasan, usaha kuliner, obat herbal hingga layanan desain menjadi ide-ide yang layak untuk dikembangkan menjadi bisnis di kalangan para santri. Kepala Rumah Quran Musawarah, Dimas Seto mengamini kemunculan ide-ide yang lahir dari pemikiran para santrinya dengan menyediakan sebagian area di lingkungan Rumah Quran Musawarah untuk dimanfaatkan para santri. Saat ini tersedia area yang diisi beberapa tenant luar yang nantinya bisa dikelola secara mandiri oleh para santri dan mengembangkannya dengan variasi produk.
Dengan latar belakang sebagai seorang pengusaha dan konsultan arsitektur, Satrio Dwi Ananda membedah apa saja yang bisa menjadi bekal para santri untuk meningkatkan keterampilan mereka. Pola komunikasi yang baik didukung dengan daya kreativitas yang tinggi tentu akan melahirkan produk-produk yang tepat sasaran. Apalagi jika para santri adaptif terhadap perubahan, tentunya akan mampu diandalkan dalam situasi apapun. Salah satunya melalui pengembangan ide bisnis diharapkan nantinya para santri tidak hanya mahir dalam hafalan Al Quran namun bisa menghidupi diri sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. (Sibambo/Djuli Pamungkas)